Teman-teman pembaca, berikut saya lanjutkan sharing berikutnya tentang pengalaman saya dalam Ananda’s Neo Zen Reiki. Sebelumnya saya bercerita tentang wafatnya ibu dari teman saya, kali ini akan ada cerita yang mirip juga.

Komunikasi Non-Fisik: Hidup & Mati – 2

Beberapa hari kemudian, cerita yang nyaris serupa terjadi. Salah satu teman kelompok KKN saya mendapat telepon dari rumahnya. Ada saudaranya yang tersetrum listrik tegangan tinggi karena memegang kabel telanjang, dan sekarang ia tidak sadar. Badannya gosong dan posisinya bisa dikatakan koma. Dokter menyatakan bahwa keadaannya kritis

Teman saya tersebut panik mendengar berita tersebut dan sempat terbersit keinginan untuk pulang ke Sukoharjo untuk menengok keadaan saudaranya. Kami, para rekan sekelompoknya, menyarankan untuk tidak pulang karena saat itu sudah sore, jarak Jepara-Sukoharjo cukup jauh dan ditambah lagi ia sedang panik. Dalam kondisi seperti itu, saya menawarkan terapi jarak jauh untuk saudaranya tersebut. Ia sudah pernah melihat saya memberikan terapi beberapa hari silam pada Ibunda teman yang saya ceritakan di atas dan pada beberapa masyarakat desa tempat kami KKN.

Ia menyetujui dan terapi pun langsung saya mulai. Setelah mempersiapkan diri dan bermeditasi, terapi pun dimulai. Dan muncul kembali intuisi. Intuisi tersebut menggambarkan seolah Reiki berusaha menahan agar jiwa sang saudara agar tidak meninggalkan tubuhnya. Ia kesakitan, tapi ia masih punya peluang sembuh. Ia perlu diyakinkan untuk bertahan walaupun sakit.

Saya segera menghentikan terapi dan memberitahukan intuisi tersebut pada teman saya. Ia memahaminya. Teman saya berusaha melakukan komunikasi non-fisik dengan saudaranya tersebut. Rupanya teman saya mampu berkomunikasi dengan keluarganya secara non-fisik. Ia berusaha meyakinkan saudaranya tersebut untuk bertahan. Namun, belum selesai, komunikasi tersebut terputus di tengah jalan, teman saya kelelahan, energinya terkuras.

Teman saya semakin kuatir karena percakapannya tidak berhasil meyakinkan saudaranya. Komunikasi non-fisik harus dilakukan lagi tetapi ia sudah kelelahan dan tidak mampu lagi melakukannya. Tiba-tiba, entah dari mana, muncul ide. Bagaimana kalau saya memberikan terapi Ananda’s Neo Zen Reiki pada teman saya sembari ia tetap berkomunikasi? Bukankah filosofinya berpasrah, sehingga tidak mungkin saya akan kelelahan?

Saya memberanikan diri untuk menawarkan solusi tersebut. Awalnya teman saya menolak karena ia kuatir ini akan menguras tenaga saya, namun saya yakinkan bahwa tidak akan demikian karena saya hanyalah wahana, sarana bagi pengaliran energi ilahi, energi semesta. Ia setuju dan komunikasi dilakukan kembali. Berhasil! Ia berkomunikasi dan berhasil meyakinkan saudaranya.

Setelah itu, saya kembali melakukan terapi Ananda’s Neo Zen Reiki secara jarak jauh untuk saudaranya. Ajaib! Kali ini saya dapat merasakan energi masuk pada diri saudara teman saya tersebut dan memulihkannya perlahan. Setelah terapi selesai, saya katakan pada teman saya untuk tenang dan tetap berdoa.

Keesokan harinya, ada telepon lagi dan kabarnya baik! Masa kritisnya sudah lewat!

Selang beberapa hari atau minggu kemudian, saya lupa persisnya, teman saya berkesempatan menemui saudaranya tersebut. Kemudian teman saya pun menemui saya kembali, ia menceritakan kembali penuturan cari saudaranya.

“Iu, Masku bilang saat dia sedang dalam koma, dia betul-betul melihat sosokku dan ngobrol denganku. Tapi dia juga bilang bahwa dia juga melihat ada orang lain yang berdiri di belakangku tapi ga ngobrol waktu itu.” Tidak heran, waktu komunikasi non-fisik itu, saya memang tidak berbicara dan saya memang tidak menguasai ilmu komunikasi non-fisik.

Singkat cerita, saudara teman saya pulih!

Teman saya kini sudah menikah dan menetap di Malaysia, kami tetap berteman baik dan cerita ini senantiasa mengingatkan saya bahwa Hyang Maha Ada senantiasa memandu kita lewat intuisi dan berbagai hal!

Luar biasa!